Monday, October 29, 2007

CATATAN PENDAMPINGAN HARI ANTI PEMISKINAN








Napak Tilas

Tujuh tahun sudah sejak pertama kali disepakati adanya tekad untuk menghapus kemiskinan di dunia oleh lebih dari 100 negara di seluruh dunia, tepat pada perayaan ke 7 yang jatuh pada 17 Oktober 2007, Persatuan Penyandang Cacat Indonesia (PPCI) memotori untuk BANGKIT dan SUARAKAN kembali isu tersebut.

Ada sekitar 100 orang penyandang cacat dari berbagai orsos penyandang cacat baik tingkat nasional maupun wilayah DKI yang hadir dalam program tersebut. Bravo Penca sendiri, turun untuk mendampingi DPD Pertuni DKI Jakarta yang saat itu membawa 42 orang masa. Setelah sehari sebelumnya mengikuti briefing untuk persiapan, disepakati ada 2 pos untuk ditunggu personil Bravo, 1 di halte busway Kampung Melayu, dan 1 lagi langsung di halte busway Ancol. Dan untuk teknis pendampingan akan dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil di mana satu orang pendamping akan bertanggungjawab terhadap 4 orang.

Igie dan Ira sudah stand by di halte busway sejak pukul 09.00 pagi untuk mengkoordinir keberangkatan teman-teman PERTUNI dari DPC PERTUNI Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Setelah berkumpul, akhirnya pukul sekitar pukul 09.50 WIB seluruh rombongan sudah bertolak dari Kampung Melayu. Meskipun tidak dalam sekali keberangkatan, karena ada 2 rombongan PERTUNI yang sudah berangkat terlebih dahulu, namun semua berjalan lancar. Tiba di halte busway sekitar pukul 10.50, rombongan langsung disambut oleh Aziz yang memang sudah standby di sana beberapa saat sebelumnya.

Acara terpusat di panggung maksima Dufan, dan dimulai tepat pukul 14.30 WIB. Sebelumnya rombongan mengisi waktu dengan sejenak beristirahan, makan dan sholat. Acara diisi oleh hiburan nyanyian dan permainan musik oleh group band differensi dan ANTIK band, dilanjuti dengan pembacaan statements oleh 4 orang perwakilan penyandang cacat dari berbagai jenis kecacatan, yaitu tuna netra, tuna grahita, tuna rungu, dan tuna daksa (pengguna kursi roda). Presiden RI, Bapak Susilo Bambang beserta dengan Ibu Ani dan Annisa Pohan, sempat menghadiri acara tersebut, meskipun telat sesaat setelah pembacaan statements. Sayang banget !!!
Kemudian di tutup dengan nyanyian Cyntia Lamusu dan Titik Puspa yang saat itu turut hadir. Rencana awal, setelah acara di panggung maksima semua akan menonton pertunjukkan iceskating di Moscow on Ice, tetapi karena ternyata tempatnya masih tutup, maka diputuskan untuk mengikuti beberapa permainan yang ada. Sampai jam 19.50 rombongan kembali kumpul untuk persiapan pulang.


Pemiskinan in view

Istilah pemiskinan dalam hal ini dipilih, karena dianggap tepat dan sesuai untuk menggambarkan kondisi dunia saat ini, khususnya di Indonesia. Pemiskinan merupakan suatu proses yang dapat menciptakan kemiskinan, yang dapat dilakukan secara sengaja atau tidak disengaja. Dari ragam kemiskinan yang ada di masyarakat, dapat kita kategorikan menjadi 2 jenis, yaitu kemiskinan moral dan kemiskinan materiil. Di mana kedua jenis itu dapat saling berkaitan satu sama lain. Dalam kehidupan berbangsa, negaralah yang paling bertanggung jawab dalam menangani isu ini. Bagaimana suatu negara membuat kebijakan yang benar-benar tepat dan dapat mengakomodir hak dan kebutuhan seluruh warga negaranya tanpa terkecuali. Bukan hanya kebijakan di bidang perekonomian. Karena kemiskinan itu sendiri bukan hanya terkait dengan masalah ekonomi, tapi seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa bukan hanya materiil namun juga ada kemiskinan moriil.

Kecenderungan akan kehilangan identitas diri sebagai bangsa yang bermartabat, dapat terlihat gejalanya dari kehidupan sekarang, terutama di kalangan generasi muda, lebih khususnya lagi di kalangan ABG. Jika berbicara tentang pemiskinan, banyak sekali alat yang tengah bekerja untuk menciptakan beragam kemiskinan itu sendiri. Alat yang sering kita kenal sebagai media baik elektronik maupun cetak, terutama TV dengan program-programnya yang menggiurkan dan memabukkan generasi muda. Membuai dengan cerita-cerita sinetron dengan kehidupannya yang spektakuler dan dramatis. Bagaimana tayangan tersebut telah membuat remaja kita kehilangan jati dirinya dan seolah mabuk kepayang meninggalkan kehidupan riil di sekitarnya. Menciptakan kehidupan artifisial dengan gaya hidup yang belum tentu mereka sendiri mengenalinya dan menyedarinya. Gaya bergaul yang hedonis dengan tatanan penampilan yang semakin memeloroti nilai-nilai moral ketimuran dan agamis. Bukankah hal tersebut yang disebut pemiskinan moral ? Yang notabene dilakukan secara sadar oleh kaum pengelola media yang terang-terangan didukung oleh negara dengan kebijakan-kebijakannya tentang hal itu ?

Mengingat dan sangat menyadari kondisi kita sebagai bangsa yang masih belajar merangkat untuk menuju 1 piring nasi di ujung sana, belum lagi dapat teraih, sudah begitu banyak rintangan. Padahal nasi merupakan kebutuhan yang paling pokok. Gambaran itu melukiskan bahwa untuk menangani permasalahan primer bangsa yang berkaitan dengan urusan pangan saja, kita masih keteteran. Ribuan anak mengidap kurang gizi. Apakah itu bukan sebuah proses pemiskinan juga. Dengan kondisi kurang gizi, bagaimana seorang anak yang merupakan cikal bakal pemimpin bangsa, dapat memberikan kontribusi berharga untuk bangsa kelak, bahkan dengan fisiknya saja mereka harus berjuang untuk bernafas buat bertahan hidup. Jangankan untuk memikirkan hal pendidikan, untuk sekedar makan saja sebagian besar mereka masih harus membanting tulang dan memilir ototnya seharian.

Terutama untuk penyandang cacat (penca) yang di Indonesia jumlahnya mencapai 10 % ini dari total populasi, sebagian masih hidup di bawah garis kemiskinan (baik moril dan materiil). Jika dilihat kondisinya selama ini, no wonder hal itu terjadi....apa yang didapat kaum penca selama ini adalah pengebirian hak mereka sebagai warga negara. Mulai dari pendiskriminasian hak meraka di bidang sosial, pendidikan, sampai pekerjaan. Bukankah sebagai bagian dari keluarga besar negara Republik Indonesia, mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama ? Memperoleh pendidikan dan penghidupan yang layak. Bagaimana dapat mereka keluar dari lingkaran kemiskinan, jika untuk bersekolah saja mereka menemui kesulitan, baik karena adanya pelarangan maupun biaya pendidikan yang tidak terjangkau, sehingga banyak keluarga penyandang cacat yang angkat tangan dan memutuskan untuk merumahkan anak meraka yang menyandang cacat.

Ada ratusan lagi permasalahan yang membutuhkan kerjasama seluruh pihak, terutama negara sebagai pembuat kebijakan, dengan tekad bulat untuk membabat habis pemiskinan dari kehidupan masyarakat. Tanpa kerjasama dan koordinasi, jangan harap masalah ini dapat tertanggulangi...MIMPI AJA TERUS !!!!

_By Igie_

2 comments:

Anonymous said...

Salam Menjalin Kemitraan,
Sahabat Bravo, kami senang sahabat di Jakarta pun berjuang tuk mengangkat harkat dan derajat PENCA,Bravo buat BRAVO.

Salam Hangat kami dari BAMPERXII.
Kunjungi juga blog kami di http://www.bamperxii.co.cc

Maulani's Note said...

keep writing for the sake of awareness of persons with disabilities