Sunday, November 25, 2007

TOT lagi bersama KOMNAS HAM

CATATAN
TOT HAM TUNA RUNGU (LANJUTAN)
Organized by KOMNAS HAM
5 – 7 November 2007
Cibogo, Jawa Barat


PEMBUKAAN
Memasuki kawasan GG. House, Cibogo Jawa Barat sekitar pukul 11.20, suasana asri menyeruak. Pembagian kamar dan kuncinya langsung dilakukan saat itu di lobi berornamen kayu dan rimbun pepohonan berbunga gantung. Disiram gerimis kecil, kami langsung menuju kamar masing-masing. Jalanan setapak berbatu, mengarahkan kami ke area menurun menuju ke kamar-kamar. Sampai di kamar 216, aku dan Mba Nelly (seorang tuna rungu dari perwakilan PPCI) langsung berberes dan istirahat sebentar.
Sawah membentang di bawah sana, dipagari oleh bukit hijau terimbun pepohonan, menjadi sebuah pemandangan yang menyejukan mata terlihat dari balkon kamar. Ditambah dengan riuhnya nyanyian riak sungai yang membatasi area GG.house dengan sawah, membumbungkan rasa syukur menjadi salah satu penghuni bumi Indonesia.
Tepat pukul 13.20 di hari pertama itu, pembukaan dilakukan oleh Bpk. Saharudin Daming sebagai Komisioner Bidang Penyandang Cacat Komnas HAM (seorang tuna netra). Beliau memberikan gambaran tentang permasalahan yang dihadapi oleh penyandang cacat di Indonesia. Dari sekian banyak permasalahan, beliau membaginya menjadi 3 kelompok, yaitu diskiriminasi (pendidikan), marjinalisasi di sektor pekerjaan formal, serta masalah aksesibilitas (di segala bidang). Kondisi penyandang cacat yang bergerak statis hampir tanpa kemajuan, disebabkan faktor-faktor di atas. Berdasarkan data statistik tahun 2004 terdapat 97,2 % penyandang cacat yang hidup di bawah garis kemiskinan, angka penyandang cacat di Indonesia sendiri mencapai 10 % (estimasi WHO untuk negara berkembang) dari seluruh populasi penduduk Indonesia, bukan angka yang kecil kan, jika dilihat dari kuantitas. Bayangkan, jika angka tersebut menjadi sebuah angka yang bukan hanya menang di kuantitas, tapi juga unggul di kualitas ? Menjadi sebuah senjata dahsyat yang dapat mendongkrak kondisi Indonesia yang terseok. Iya ngga ??

Bpk. Daming mengusulkan sebuah solusi yang dapat dilakukan sebagai langkah awal, antara lain dengan melakukan sosialisasi, motivasi, dan realisasi. Kemajuan seseorang tidak akan tercapai tanpa adanya motivasi diri dari orang yang bersangkutan. Hal ini pun berlaku bagi penyandang cacat. Kesadaran akan hak dan kewajiban mereka yang masih minim, merupakan kebutuhan utama. Hal ini berkaitan erat dengan pembentukan konsep diri mereka. Bahwa upaya keras dan tekad untuk maju adalah modal dasar untuk perjuangan selanjutnya. Tentunya, sosialisasi bukan hanya dilakukan kepada kaum penyandang cacat, tapi juga seluruh kalangan masyarakat, mulai dari tingkat grass root (keluarga dan masyarakat sekitar) sampai dengan para pembuat kebijakan. Kesadaran Negara akan adanya kalangan warganya yang selama ini haknya tidak diakomodir, harus mulai ditingkatkan. UU yang telah menjamin hak penyandang cacat di dalamnya, sudah sepatutnya direalisasikan. UU semestinya tidak hanya menjadi sebuah bedak pemerintah yang hanya mempercantik wajah Negara di mata internasional yang semu, tapi haruslah benar-benar mengakomodir dan menjamin kehidupan warga negaranya sesuai dengan apa yang tertuang di dalam UU.

INTI PELATIHAN
Pelatihan ini merupakan lanjutan dari pelatihan sebelumnya yang dilaksanakan di Lembah Hijau, Cipanas, 22-25 Juni 2007 lalu. Kali ini diikuti oleh 13 orang peserta (berkurang 4 orang dari pelatihan sebelumnya), dan berlangsung di GG. House Cibogo Cipayung Jawa Barat.
Materi yang disampaikan kali ini, jauh lebih praktis dan penuh dengan simulasi. Tujuan utamanya adalah mencetak fasilitator-fasilitator pelatihan yang memiliki dasar dan arah yang jelas dalam membuat dan membawakan sebuah pelatihan (dalam hal ini pelatihan HAM bagi tuna rungu), meskipun sebenarnya dapat diterapkan di berbagai bentuk pelatihan. Bertindak sebagai fasilitator adalah Bapak Herizal dan Bapak Fauzi, yang TOP ABIZZZ.
Peserta dijejali ilmu yang sangat berharga dan aplikatif dengan metode yang menarik, antara lain tentang konsep fasilitator yang benar, bagaimana merancang sebuah pelatihan, bagaimana menciptakan suasana pelatihan yang atraktif dan partisipatif, dan bagaimana melakukan langkah-langkah dalam memfasilitasi. Ada satu hal yang belum peserta dapatkan yaitu bagaimana mengevaluasi sebuah pelatihan yang sudah dijalankan. (Mungkin di pelatihan mendatang ya  ).
Di akhir perjalanan pelatihan ini, peserta dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkn lembaga asalnya, ada kelompok guru SLB dan kelompok NGO (aku termasuk ke dalamnya). Dari kelompok NGO, kami membuat sebuah action plan yang utamanya adalah membuat tim kerja alumni TOT Komnas HAM untuk melakukan sosialisasi HAM di kalangan tuna rungu pada khususnya dan penyandang cacat pada umumnya. Tim kerja ini terdiri dari :
Lidya dari Gerkatin pusat
Bang Kumala dari Gerkatin DKI Jakarta
Bang Aries Prawoto dari Porturin DKI Jakarta
Bang Tori dari GERKATIN pusat
Irdanelly dari GERKATIN pusat
Bang Erwin dari Yayasan SEHJIRA
Bang Kemal dari Yayasan SEHJIRA
Igie dari Bravo Penca
Sungguh bukan sebuah rencana yang ringan, tapi juga tidak terlalu berat jika memang ada niat dan kesungguhan untuk menjalankannya. Insya Allah . . . . .
By Igie

No comments: