Tuesday, December 18, 2007

LAPORAN ABILYMPIC

Untuk acara ini, Bravo menurunkan personilnya sebanyak 6 orang, yaitu Bimo, Faisal, Ari, Rini, Hikmah, Yani, dan Aziz pada 2 hari pertama. Abilympic merupakan olimpiade keterampilan bagi penyandang cacat yang diselenggarakan setiap 4 tahun sekali dengan peserta yang berasal dari daerah di seluruh Indonesia. Di antaranya dari Jambi, Kalsel, Kaltim, Lampung, Sulbar, Jogja, Papua, Jateng, Jatim, Jabar, dam masih banyak lagi. Jumlah peserta keseluruhan ada kurang lebih 150 orang.
Tanggal 29 November merupakan persiapan lomba untuk acara di Depsos, sebagian besar peserta dari daerah juga sudah ada yang lebih dulu sampai di BBRVBD Cibinong. Untuk lombanya sendiri baru dimulai pada tanggal 30 Nonember yang dilaksanakan di Depsos, sekaligus pembukaan acara yang dihadiri oleh Menteri Sosial. Perlombaan yang dilombakan di Depsos antara lain web dan merakit komputer, rotan, merajut, menyulam, dan mewarnai dengan cat air. Ada sekitar 24 cabang perlombaan.
Setelah acara perlombaan di Depsos selesai, peserta langsung dibawa kembali ke BBRVBD Cibinong untuk melaksanakan lomba selanjutnya, antara lain : lomba menjahit tingkat dasar (celemek) dan menjahit tingkat mahir (jas pria), membuat alat perabotan rumah tangga sederhana, mengukir kayu, dan merakit alat elektronik. Hari berikutnya adalah perlombaan auto cad mesin dan auto cad arsitek, processing data, design poster, dll...
Yang perlu dibenahi
Walaupun Abilympic adalah acara besar, tetapi sangat disayangkan, sebagai volunteer, kami mengamati bahwa sistem kinerja panitia sangat tidak mencerminkan sikap yang profesional. Terbukti dari kurangnya koordinasi antar panitia, saling melempar tugas, dan banyak pekerjaan yang seharusnya adalah pekerjaan panitia tapi dilimpahkan ke Bravo. Selain itu, job desk Bravo selama di sana juga tidak sesuai dengan penjelasan saat rapat. Awalnya, Bravo diberi tanggung jawab untuk memantau pelaksanaan lomba di setiap stand lomba plus mengatur konsumsi saat lomba berlangsung (misal snack). Tapi yang terjadi adalah, Bravo juga diminta untuk menghandel konsumsi secara keseluruhan, tanpa adanya penjelasan dari panitia pelaksana akan perubahan tersebut.
Ke depannya diharapkan untuk memperjelas job desk (jika perlu dituangkan secara tertulis) dan mempercayakan Bravo untuk sepenuhnya melaksanakannya. Dengan tugas yang jelas, tentunya perencanaan juga akan lebih matang dan dapat dilaksanakan dengan lebih optimal, terutama yang berkaitan dengan pembagian tugas volunteer sendiri. Di sini terlihat adanya kebutuhan untuk kembali meluruskan pandangan baik di kalangan panitia yang penyandang cacat maupun non penyandang cacat akan konsep volunteer itu sendiri, terutama sosialisasi sistem pendampingan yang berlaku di Bravo. Bahwa Bravo selalu melakukan pembagian tugas untuk personilnya sesuai dengan pos-pos tanggung jawab yang dibebankan dan berupaya bekerja secara profesional. Kalaupun ada perubahan pos tugas (misal ada tambahan), sebenarnya tidak masalah sejauh itu dikomunikasikan panitia pelaksana dengan koordinator lapangan Bravo. Pada dasarnya segala masalah adalah berawal dari kurangnya komunikasi.
By Hikmah
(+ Igie)

No comments: